Teh Seruni: Ramuan Cantik dari Alam yang Menyehatkan Tubuh dan Jiwa

 

source: Alodokter

Di tengah hembusan angin pagi Bukittinggi yang dingin, secangkir teh hangat dengan kelopak bunga berwarna kuning keemasan itu memancarkan wangi lembut khasnya. Teh seruni atau yang biasa disebut teh bunga serunai—bukan sekadar pilihan minuman yang menenangkan, tetapi juga memiliki khasiat yang menyehatkan. Bunga seruni yang dikeringkan dan diseduh seperti teh biasa, telah cukup banyak digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai antipiretik, obat sakit kepala, dan penyejuk tubuh. 

Di Sumatera Barat, khususnya di pasar-pasar tradisional seperti Padang Panjang dan Payakumbuh, bunga ini biasanya dijual bersama rempah-rempah dan bahan herbal lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa teh seruni telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak lama, meskipun tidak sepopuler teh hijau dan minuman kontemporer lainnya.

Fira, seorang mahasiswa di Pekanbaru dan pecinta teh herbal yang mencicipi teh ini dan berbagi pendapatnya. "Rasa tehnya enak sekali, saya belum pernah mencoba teh seperti ini," ungkapnya. Menurut Fira, sensasi bunga yang ringan dan menenangkan membuat teh seruni berbeda dari teh herbal lain yang pernah dicobanya. Ia mendengarnya dari seorang anggota keluarga yang rutin menyeduh teh ini setiap kali merasa lelah atau sakit. Teh ini tidak memiliki rasa pahit seperti kebanyakan obat herbal, tetapi ada aroma bunga yang menenangkan dan memberikan pelipur lara tersendiri.


Meski cara penyajiannya mudah, cukup rendam kelopak bunga kering dalam air panas, teh Seruni mengandung khasiat alami yang mampu mengatasi kelelahan fisik dan mental. Masyarakat Minangkabau yang selama ini dikenal dengan tradisi budaya dan kearifan lokalnya, tetap memberi ruang bagi minuman tradisional ini di tengah hiruk pikuk modernisasi. 

Kini, teh Seruni mulai digemari lagi, tidak hanya di rumah-rumah, tetapi juga mulai dilirik oleh kafe-kafe kecil yang mengusung tema minuman sehat alami. Di balik tampilannya yang sederhana, teh Seruni menyimpan makna yang lebih dalam: tentang kembali ke alam, melestarikan tradisi, dan menyembuhkan tubuh dengan cara yang lembut namun bermanfaat.



penulis dan editor: Ferdyan Siregar

Previous Post Next Post