Balango: Kisah Hangat di Balik Periuk Tanah dari Ranah Minang

 

https://rri.co.id/lain-lain/634677/balango-alat-masak-tradisional-sumatera-barat

PADANG - Di tengah hiruk pikuk dapur modern, coba bayangkan sebuah periuk besar yang terbuat dari tanah liat. Balango, yang dengan sabar menemani cerita kuliner di pelosok Minangkabau. Bentuknya yang membulat, seperti perut ibu yang mengandung kehangatan, langsung mengingatkan kita pada masakan rumahan yang penuh cinta.


Sentuhan tangan pengrajin yang ahli membentuk tanah liat menjadi Balango bukan hanya sekadar proses teknis. Ada ruh tradisi di setiap lekukannya, ada harapan akan hidangan lezat yang akan tersaji. Dibakar dengan api yang menyala, Balango pun menjadi kuat, siap menyimpan panas dan meresapkan cita rasa masakan dengan sempurna.


Dulu, Balango adalah bintang di setiap perayaan. Bayangkan, betapa ramainya dapur saat gulai kambing atau rendang dimasak dalam Balango untuk disantap bersama seluruh keluarga dan handai taulan. Aroma rempah yang perlahan memenuhi udara, bercampur dengan kehangatan api, menciptakan kenangan indah yang tak terlupakan.


"Kalau masak pakai Balango, itu seperti ada sentuhan magisnya," cerita Mak Siti, seorang ibu di Pariangan, dengan mata berbinar. "Rendang yang dimasak di Balango itu bumbunya lebih meresap, dagingnya lebih lembut. Pokoknya, beda rasanya."


https://min.wikipedia.org/wiki/Balango

Meski kini banyak peralatan masak serba cepat, Balango tetap punya tempat di hati sebagian masyarakat Minang. Beberapa rumah makan tradisional bahkan dengan bangga mempertahankan Balango sebagai rahasia kelezatan masakan mereka. Melihat Balango di dapur, mereka seperti melihat sepotong sejarah yang masih hidup dan terus bercerita.


Namun, ada sedikit rasa khawatir melihat semakin sedikitnya anak muda yang tertarik meneruskan jejak para pengrajin Balango. Peralatan modern memang praktis, tapi ada sesuatu yang hilang, bukan? Seperti kehilangan sentuhan hangat nenek saat memasak.


Untungnya, harapan itu masih ada. Beberapa anak muda mulai melihat kembali keindahan dan keunikan Balango. Mereka mencoba membuat Balango dengan desain yang lebih kekinian, atau mempromosikannya melalui media sosial. Mungkin, dengan sentuhan inovasi, Balango bisa kembali menjadi kebanggaan dan digunakan sehari-hari.


Balango lebih dari sekadar alat masak. Ia adalah simbol kebersamaan, warisan budaya yang kaya, dan cita rasa otentik Minangkabau yang patut kita jaga bersama. Mari kita terus ceritakan kisah Balango, agar kehangatannya tidak pernah pudar dari dapur dan hati kita. Semoga aroma masakan dari Balango akan terus menjadi bagian dari cerita hidup di ranah Minang.



penulis: Yasmine Olinda Zahra

editor: Pretti Sinta Mahendra 

Previous Post Next Post