Di tengah maraknya alat masak modern dari stainless steel dan silikon, ada satu alat sederhana dari dapur tradisional Minangkabau yang masih punya tempat spesial di hati masyarakat. Suduik, bukan sekedar sendok biasa, Suduik terbuat dari tempurung kelapa dengan pegangan kayu. Fungsinya? Mulai dari mengaduk gulai, menyendok santan, hibgga memasak rendang legendaris.
“Saya masih pakai suduik kalau masak gulai. Rasanya lebih ‘dapat’,” ungkap Uni Rosmawati (56), warga Payakumbuh yang masih setia dengan cara masak tradisional. “Sendok logam bikin rasa berubah. Suduik itu lebih halus, nggak bikin bagian bawah kuali cepat gosong.”
Proses pembuatannya pun tak kalah menarik. Tempurung kelapa tua dibersihkan, dipotong, lalu dibentuk menjadi cekungan seperti sendok. Setelah itu dipasangkan dengan pegangan kayu yang nyaman digenggam. Hasilnya, alat masak alami, kuat, dan tahan panas tanpa listrik, tanpa plastik.
Menurut Pak Yusrizal (62), pengrajin alat dapur tradisional di Bukittinggi, Suduik adalah salah satu simbol kearifan lokal yang mulai dilupakan. “Sekarang orang lebih suka yang instan. Padahal suduik ini ramah lingkungan dan bisa dipakai bertahun-tahun.”
Suduik mungkin terlihat sederhana, tapi ia menyimpan filosofi yang dalam tentang memasak dengan sabar, memanfaatkan alam tanpa merusaknya, dan menjaga cita rasa yang otentik. Dalam setiap sendoknya, ada cerita tentang tradisi, keluarga, dan cinta pada masakan Minang yang tak lekang oleh waktu.
penulis: Syifa Aprilia
editor: Pretti Sinta Mahendra
